What About Cooking?

Semula bermula pada saat saya merasa harga makanan diluar merangkak naik seolah bersiapsiap sebelum harga premium dinaikkan. Sayangnya harga yang naik tersebut tidak disertai dengan peningkatan kualitas dari makanan yang dijual. Walapun sedikit, menurut saya akan lebih baik dan dianggap wajar apabila ditambah value added lain. Toh bensinnya juga belum naik beneran kan?

Selain itu juga saya merasa tertantang, eh gak juga tertantang si tapi kok kaya merasa ada semacam panggilan dari dalam hati yang paling dalam untuk bisa mempraktekan masak memasak. Sebagai bekal persiapan nanti sapa tahu bakal punya usaha makan atau paling minimal menjaga agar makanan yang diasup bener-bener bersih. Minimal itu.

Beberapa kali saya praktekkan meracik makanan dengan menggabung gabungkan bahan makanan yang ada dan mengandalkan perasaan dalam menetapkan ukurannya. Beberapa kali gagal tapi sebagian besar lainnya berhasil. Berhasil disini artinya masih layak untuk dimakan, baik secara rasa maupun penampilan.

Sejauh ini menu epic yang pernah saya buat adalah memasak sop kambing dan megono. Kalau sop kambing sebenarnya relatif gampang karena bahannya mudah. Namun hasil yang saya rasakan waktu itu kok enak banget jadinya saya bangga dan itu adalah salah satu pencapaian besar dalam sejarah memasak saya. Baru yang megono inilah yang beneran epic, secara proses memasaknya lama dan ribet.
Oh ya yang ga tahu megono biar sedikit saya jelaskan. Megono adalah makanan khas daerah Pekalongan dan Batang, Jawa Tengah. Terbuat dari nangka muda yang dicacah sampai kecil-bahkan ada yang cacahannya halus banget-, kemudian dikukus. Setelah dikukus cacahan tadi dicampur dengan bumbu kelapa semacam urap. Megono ini baunya sangat khas dan buat saya sarapan dengan nasi megono dan tempe mendoan atau bakwan adalah surga.

Kembali ke cerita bikin megono, waktu itu saya ingat betul bagaiman proses mencacah nangka muda, ngukus, bikin bumbu, lalu campur lagi dll. Sayang, secara rasa kurang memuaskan karena hasil kukusan nangka muda itu kurang tanak.
Pelan pelan namun kayaknya pasti passion memasak (halah!) saya memasak semakin tumbuh. Saya tertarik dengan tayangan memasak terutama yang proses dan bumbunya sederhana. Blog dan artikel tentang makanan dan restoran saya juga minati. Selain itu semua pastinya menurut saya karena memang sebenarnya saya memiliki semacam bakat, ditunjang latar belakang keluarga, dan senang dengan makanan.

Setiap ke supermarket yang niatnya beli alat mandi atau indomie secara pelan pelan juga saya mulai memasukkan alat masak dalam keranjang belanja. Pelan-pelan karena saya beli piring, gitu maksudnya. Hehe. Dan lama kelamaan saya pun memiliki piring, mangkok, gelas (standar sih sebenarnya sebagai anak kos ya, haha) tapi lama-lama masak saya punya stok mustard, minyak goreng, biji pala, bubuk paprika, daun thyme kering? Nah lho! Iya itu semua saya beli karena penasaran setelah melihat bahan bahan itu di media.

Hasil Masak Tadi Malam
Oke, saya mau ceritakan pengalaman memasak saya semalam. Ceritanya saya sudah lama pengen makan steak tapi kok yo kadang mikir sama harganya ya (maklum lagi program nabung). Okelah pulang kerja saya mampir supermarket buat beli daging dan pelengkapnya buat bikin menu steak. Bahan bahan simple lainnya masih tersedia di rumah. Singkatnya ternyata stok daging steak kosong. Tapi berhubung di pikiran saya steak adalah menu mandatory makan malam ini. So diambilah ikan yang saya gak tahu namanya sebagai pengganti daging, dugaanya saya adalah tenggiri.

Setelah sampai rumah dan saya olah dengan waktu sekitar 20 menitan, here you have it! steak tenggiri dengan brokoli masak cream dilengkapi dengan buncis agak grilled dan cocolan sedikit tousand island a la saya. Hahahahhaha!

Review masakan sendiri ini adalah sebagai berikut:
• Tenggirinya enak banget, padahal cuma pakai bumbu garam, lada dan jeruk limau.
• Brokoli nya juga enak, tapi sayang buncisnya under expectation karena selain buncis lama juga karena sudah ada brokoli harusnya ga ada sayuran lain, over jadinya.Bawang bombay-nya kalau kata Arnold Poernomo, overcooked sehingga crunchy-nya ga ada, bahkan baunya juga sudah sirna. Nyaris ga ada artinya. hehe.
• Tomat? Oohh.. itu sebagai pemanis biar tampilannya bagus. Tapi ternyata tomat malah berfungsi sebagai penetralisir lidah pas lidahnya sudah makteh gara-gara krim brokoli.
Thousand island ini enak juga.Unik dan gak nyangka bakal rasanya jadi gitu. Terbuat dari keju cheddar, mayo, dan mustard dengan perbandingan satu banding satu. Biarpun enak, ternyata malah lebih tepat kalau ini sebagai pendamping salad saja. Kalau sebagai pelengkap tenggiri ini menurut saya akan lebih pas kalau pake saus cabe macam dua belibis atau bahkan indofood punya.


Harga Bahan:
tenggiri 15K, brokoli 6K, bawang bombay 4K tapi dipakaianya dikit, so kita hargai saja 1K, bumbu lainnya ada di rumah. Total jendral mungkin 30K. Worth it kan? Secara kalau diluaran bisa jadi 60K-an.


Salam,
Ian

0 comments:

Rahasia Kelezatan Sambel Telah Terkuak

Berbeda dengan masa kecil yang tidak kuat dengan pedas-meski sedikit, sekarang saya adalah penggemar berat sambel. Suatu ketika saya diajak teman kantor untuk mencoba makan di warung sunda yang terkenal dengan sambal dadakan-nya. Seketika itu juga, sejak sesapan yang pertama (halah!) saya langsung jatuh cinta dengan yang namanya sambal dadakan.

Bukan bermaksud membandingkan sambal racikan Ibu saya yang juga nikmat, namun jujur perpaduan rasa dan aroma dari sambal dadakan ini begitu mencuri perhatian. Sambal Ibu saya terasa... hmmmmm orang jawa bilang “lemu”, "rich " gitu kali kalau dicari padanan katanya di bahasa Inggris. Ke-rich-an tersebut didapat dari lemak sebab sebelumnya digoreng terlebih dahulu semua bahannya. Sementara sambal dadakan ini lebih mencondongkan rasa segar karena semua bahannya kebetulan mentah sebelum diolah.

Oke, setelah sekian lama menjadi fans dari sambal dadakan dan beberapa kali saya juga sempat mencoba untuk bikin sambal yang sama di rumah, yang hasilnya selalu jauh dibawah standar kelezatan sambal alias mengecewakan, maka saya putuskan untuk menguak misteri kelezatan si kondang sambal dadakan. Sampai pada suatu kunjungan kesana saya coba observasi proses pembuatan sambal dadakan. Dengan sedikit wawancara sebagai metode observasi didapatlah bahwa selain karena nampaknya tangan si Ibu di-train di dapur surga, ternyata rahasia terbesar dari kelezatan sambal dadakan ini adalah TIDAK PAKAI BAWANG PUTIH!

Shock banget, bawang putih yang selama ini adalah andalan dalam setiap masakan-termasuk sambal-kali ini dengan beribu maaf terpaksa di anak tirikan. Bawang putih yang juga selalu dipakai Ibu saya dan saya untuk membuat sambal andalannya benar-benar tidak diperhitungkan. Ketika ditanya kenapa ga pakai bawang putih, Si Ibu menjawab “ya ga tahuu, emang dari sononya begitu”. Nah! Semakin menegaskan bahwa Si Ibu pembuat sambal mendapatkan ilmunya dari nenenk moyang secara turun temurun, khas cara penularan ilmu jaman dulu dimana akan pamali ketika kita menanyakan asal muasal dari segala sesuatu. Just take it as a granted, gitu kali maksud si Ibu. Atau bisa jadi si Ibu cukup rendah hati menyembunyikan skill nya tersebut memang diasah di dapur surga.

Ah sudahlah, yang penting saya sudah tahu rahasianya. Berikut step by step cara membuat sambal yang berhasil saya abadikan pas obervasi. Mohon maaf kalau kurang jelas karena Si Ibu begitu cepat mengulek si sambal. Cuman yang pasti,sebelum bikin sambal dadakan ini siapkan cobek batu dan ulekan batu!. Yess, the stone one. Ga usah tanya kenapa mesti ulekan batu. "Dari sononya begitu!" hehehe

Here we go, let us start!
Pertama tama uleklah bahan bahan seperti cabai merah,terasi, garam, dan bawang merah.Saya lupa apakah disertakan dengan cabai rawit juga atau tidak, tapi kalau dilihat dari penampakannya cabai yang digunakan adalah murni cabai merah, semacam cabai keriting gitu.

Setelah lumat, masukkan potongan tomat dan gula jawa. Kemudian setelah lumat semuanya kucurkan air perasan jeruk limau, aduk dan campur jadi satu.

Hidangkan sambal dadakan yang sudah jadi ini kedalam tempat atau cobek dari kayu.
Then here you have it
! Sambal dadakan!

Oh ya takaran untuk masing masing bahan adalah sesuai selera, you know what I mean. Happy trying, and enjoy your meal.

salam,
Ian


0 comments:

Groot Time

Lucky me to be surrounded by nice and beautiful persons in everywhere I live. In the beginning we are usually to be co workers, class mate or something, get engaged then become best-friend eventually.

I do remember well when I was in Melbourne, State or even Morroco, oh slap my face for the day dreaming, hehehe- I mean in this case is when I was still in my home country spending my elementary moment then moved to regency town and stayed in a boarding house spending senior high until I moved again to Semarang for reaching bachelor degree, I always had the opportunity to have those ones. That happened for we have some in common or we happened to be different but to complete each other.

Quotes says,
people come people go
. Yes, my bestfriend-ship journey has been just like that. We couldn’t afford to make it last since one of us gotta leave for some good reasons. The time flew fast and I met some new persons then we made it to be close, kinda replacement for the gone one. C'est la vie! However, the good times with those bestfrends will last in my memory forever, that is the reason why I am sometimes longing for them. Ooh, feel bit melancholic now.

Groot in Jakarta
Well by the way, now in this hard yet nice town I stay: Jakarta, it is awesome to have my bestfriends whom I named “groot”. (You know the reason for those have already watched The Guardian Of The Galaxy, hahah). We have a groot time together, doing some kinda bestfriend stuff: silly things, going cinema, karaoke, dinner, laughing. The interesting part of this groot is that we come from our different culture identity; Batak, Padang, Jawa, and Jawa and Sunda. We have also different character that so nice we respect then complete at one another.

Oh, this pretty lady is also a groot!

And this man with glasses is a groot too

Feel blessed when we have this kind of togetherness. Agreed with one of Mrs. Aguilera's song Nobody Wants to Be Lonely, and Sheila On Seven also suggests to create Kisah Klasik Untuk Masa Depan, or so whatever, however I also agree when my friend said one day that this bestfriends is just like Kepompong – kadang kadang Kepo, kadang kadang rempong! You get it, hehe.

Have a groot time for you!

salam,
Ian




0 comments:

Pantai Suluban

Oke,setelah di post sebelumnya saya catatkan perjalanan ke Dreamland. Sekarang saatnya dibagikan cerita cerita dari pantai bagus lainnya dengan lokasi masih di pesisir Bali selatan. Sebagai Informasi saya masih punya 3 cerita pantai yang sempat saya sambangi. Oke, yang pertama adalah, please welcome! Pantai Suluban.

Pantau Suluban

Pantai Suluban dikenal juga dengan Blue Point-karena disitu ada semacam resor dengan nama itu. Sebenarnya saya ke Suluban sehari sebelum ke Dreamland karena kebetulan letaknya yang berdekatan dengan tempat stay di hari pertama.

Suluban ini terletak dibawah tebing dan di pantainya sendiri terdapat beberapa batu karang dengan ukuran jumbo. Untuk menuju ke pantainya kita harus jalan turun melewati beberapa tempat makan dan penjual cideramata khas pantai. Setelah jalan sekitar 10 menitan baru kita akan menemukan jalan setapak berupa anak tangga kecil untuk menuju ke pantai.

Berdasarkan pengalaman pertama kesana, kesan yang saya tangkap Suluban ini kurang cocok untuk fun swimming yang kegiatannya duduk, renang, makan minum, tiduran, renang, ulangi dari awal. Selain karena pantainya yang sempit dan tersembunyi dengan gulungan ombaknya yang cukup menantang itu, Suluban lebih cocok untuk para surfer mania.

Tapi,kalau misal pengen banget santai laying down sambil berjemur nunggu sunset, do not worry ada tempat yang cukup cool untuk melakukan aktivitas itu. Diatas pantai Suluban ada semacam batu karang besar yang menjorok ke laut, lalau di atas batu itu disewakan payung-payung dan kursi buat santai. Secara letaknya mirip-mirip lah kaya rock bar, nah kemudian di batu karang sebelahnya yang lebih besar ada restoran yang kayaknya seru buat minum atau makan sambil nunggu sunset. Selamat menikmati Suluban :).

salam,
Ian

0 comments: