Kerjaan Baru: Saya Shock!

Sudah genap sebulan saya bekerja di kantor yang baru setelah selama 8 bulan saya tidak bersentuhan dengan office things macam email, laptop, target, deadline, dan rapat rapat. Saya sempat merindukan itu selama 8 bulan yang lalu itu, tapi ternyata ketika saya mengalaminya: saya shock!

Perusahaan start-up memang berbeda dengan korporasi besar ternyata. Sejak saya bekerja pertama kali saya selalu bekerja dengan organisasi besar. Semuanya serba ter-sistem. Saya kira bekerja di perusahan start-up bakal menyenangkan karena saya punya bahan mainan baru yang bisa saya bentuk menjadi seperti apa yang saya inginkan. Dan memang betul seperti itu, tapi mainan baru dibentuknya ternyata harus sangat segera menyesuaikan dengan perkembangan organisasi.

Semangat kerja saya harus tinggi dan yang paling penting adalah adaptasi saya harus super cepat. Gak bisa kaya perusahaan besar yang saya diijinkan untuk mendalami segala sesuatunya boleh sambil sedikit 'slow'. Toh namanya anak baru, gitu mungkin pembelaannya. Tapi ternyata di perusahaan start up tidak boleh seperti itu. Anak baru dan anak lama sama. Anak baru boleh adapatasi tapi jangan terlalu lama, harus sgera menyesuaikan dengan ritme kerja disana yang serba cepat.

Semoga memasuki bulan kedua minggu depan saya bisa menyesuaikan diri dengan cepat dan segera tak tek tak tek untuk mengambil tindakan biar tidak tergilas oleh waktu dan kerjaan dan lama lama malah saya bakal jadi penonton. Amin.

Anyhow by the way, ternyata yang mengalami kejadian seperti saya ini banyak. Artinya saya ga sendirian. Kejadian ini adalah sebuah uncomfort zone  saya untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Kalau saya bisa melewati ini, saya akan dengan bangga menengok ke belakang sebentar lalu menatap masa depan dengan optimis dan postif.

Semangat dan doakan selalu selamat,
Ian

0 comments:

Ibu

Halo semua,
Saatnya saya mendokumentasikan kondisi Ibu saya. langsung saja.

Jadi ceritanya, Rabu kemarin Ibuku dibawa ke RS YAP Jogja. Akhirnya mimpi saya untuk memeriksakan mata ibu ke sana terwujud. Ini berkat koordinasi seluruh anggota keluarga, dan juga atas bantuan teman dan sahabat saya.

Singkat cerita; Ibu saya dibilang sama dokternya kalau sudah tidak bisa melihat lagi. Intinya kayaknya gitu dari yang saya denger dari sahabat saya yang saat ini ikut mengantar ibuku menemui dokternya. Oh ya by the way, saya gak ikut mengantar ke Jogja, saya mengaturnya dari Jakarta. Yang menyedihka, saya dapat cerita kalau layanan dokter di sana tidak ramah. 

Ceritanya, Ibu saya datang, lalu karena pakai BPJS, ibu saya diperiksa sama dokter pertama (kurang tahu dokter apa maksudnya), lalu habis itu Ibu dilanjutkan periksanya oleh dokter kedua. Nah di dokter yang kedua inilah Ibu saya dites penglihatannya. Dan ketika ibu tidak bisa menjawab tes melihatnya, sang dokter bilang "Ini buat apa dibawa kesini? Orang sudah tidak bisa melihat. Hanya mukjizat Allah yang bisa membantu".
Btw, kalimatnya aslinya ga kaya gitu pasti, tapi intinya seperti itu. Yang jelas dari sahabat saya dia sempat shock mendengar ucapan  sang dokter dengan nada pengucapan yang tidak ramah.

Yang jadi pertanyaan:
  • Mungkin dokternya yang lagi lelah atau memang dia service nya begitu? Dokter yang baik harusnya bukan begitu pelayanannya.
  • Apakah karena kami pakai BPJS sehingga service nya begitu? 
Menyedihkan ya. Sedih saya mendengar cerita itu.

Tapi untungnya Ibu saya sekarang (detik ini) sudah mulai menerima. Dia dijadwalkan untuk ke RS YAP lagi minggu depan, tapi dia tidak mau. Dia semacam kapok. Dia memilih untuk menerima kondisi yang sekarang. 

Saya sangat menyayangkan apa yang sudah dilakukan dokter itu.
Sangat disayangkan.

salam prihatin,
Ian

0 comments:

Update Status: Ibu

Selamat malam,

Sangat jarang saya bisa kembali kesini, menumpahkan apa yang saya rasakan atau menceritakan pengalaman saya selama beberapa waktu. Sebenarnya banyak kisah yang ingin saya tulis untuk jadi pengingat di masa yang akan datang. Acapkali saya ingin cerita sesuatu, namun acapakali pula saya ternyata terlalu malas untuk menyalakan laptop. Saya ingin cerita tentang liburan ke Bali yang sempat saya lakukan, tentang pengalaman hidup di Jakarta kembali, tentang pertemanan, dll. Terlalu banyak ternyata yang harus saya ceritakan, satu satu akan saya tulis. Namun saya akan menulis tentang apa yang saya rasakan saat ini saja.

Oh ya btw, saat ini adalah jam 11 malam, saya di rumah, di kamar, hujan dari siang, sepi, adek dan ibu sudah tidur dan saya menulis ini dengan ditemani suara merdu Chrisye.

Kerjaan Baru
Sudah dua minggu saya kerja di Jakarta. Di bidang yang sama, untungya di perusahaan yang bidangnya atau bisnisnya berbeda. Kantor saya adalah perusahaan start up dengan jumlah karyawan saat ini 30-an dan terus bertambah. Sistem kerja dan segala regulasi masih dibuat sambil jalan. Saya kerja masuk siang, karena saya berangkat dari kosan jam 8.30. Namun, saya juga pulang sangat larut. Ini adalah pulang rata-rata terlarut saya selama kerja. Saya pulang diatas jam 9 malam. Hampir se-ti-ap-ha-ri.
Enjoy? So far so good..

Ibu
Ibu menempati porsi prioritas yang sangat besar dalam hidup saya saat ini. Sambil bekerja saya masih memikirkan Ibu saya. Masih mengkhawatirkannya. Dan jujur, ada kalanya fokus saya dalam kerjaan berkurang karena saya ingat ibu saya atau saya memikirkan strategi-strategi untuk Ibu saya di rumah.

Kondisi Ibu sebenarnya jauh lebih baik sejak saya mulai cari kerjaan. Banyak keajaiban terjadi beberapa bulan terakhir, misalnya dari sebelumnya yang tidak bisa kencing menjadi bisa kencing. Kemudian, lukanya yang parah itu berangsur angsur menjadi pulih, dan akhirnya kulitnya rapat. Nafsu makan membaik, dan kondisi badannya terlihat lebih segar.

Sampai kemudian tiba-tiba cobaan lain datang. Penglihatan ibu saya terganggu. Sebenarnya kemampuan melihat ibu saya memang menurun sejak di rawat rumah sakit. Hanya saja sebulan terakhir mulai memburuk, dan lama lama tambah buruk. Kami sempat bawa ke dokter mata dan dibilang bahwa penglihatannya sudah memburuk sekali. Saat itu hati saya hancur mendengar vonis seperti itu.

Obat - obat yang diresepkan pun kami beli. Mahal tidak menjadi masalah utama yang penting kesembuhan Ibu saya. Namun tetap saja hasilnya nihil. Kemudian kami minta rujukan ke RS yang lebih handal, dan dirujuklah ke RS di Semarang. Pas saya telepon RS tersebut, ternyata dokternya akan umroh dan baru melayani lagi awal Desember.

Saya tenangkan Ibu saya, saya hibur dia dan saya tahu bahwa kondisinya semakin memburuk saja matanya dan saat itu pula saya harus mulai berangkat ke Jakarta untuk memulai pekerjaan baru. Dua minggu kerja di Jakarta kemudian saya dapat kabar dari RS Semarang itu kalau dokternya sudah ada, maka singkat cerita saya dengan perasaan tidak enak hati meminta ijin sama pak bos untuk cuti sehari mengantar Ibu ke Semarang. Banyak drama selama perjalan saya ke Semarang, tapi yang jelas saya juga kurang puas dengan hasil dari pemeriksaan di Semarang. Itu karena di Semarang tidak diambil tindakan pasalnya alat laser nya tidak ada.

Ketika sedang diperiksa, Ibu sempat tanya sama dokter apakah dia bisa melihat seperti sedia kala. Dan jawaban bu dokter "Saya tidak berani janji ya Ibu, namun kita ikhtiar saja". Saat itujuga saya tahu kalau Ibu saya sedih dan kecewa. Tidak ada yang bisa saya lakukan selain menenangkan diri saya sendiri juga bilang ke Ibu saya bahwa intinya semua akan baik-baik saja. Terlihat sekali ketika akan berangkat ke Semarang Ibu saya sangat semangat karena harapannya akan sembuh sangat besar, tapi begitu tahu begitu di Semarang dan tidak ada tindakan sama sekali, maka Ibu saya pun down se down nya.. Saya dapat merasakannya.

Usaha Lain
Saya masih akan berusaha untuk membuat penglihatan Ibu saya pulih kembali. Rencananya saya akan bawa Ibu ke RS Yap di Jogja. Entah hasilnya akan seperti apa yang jelas saya akan usaha dulu. Hanya saja saat ini saya terkendala masalah ijin dan cuti di kantor baru. Saya sangat tidak enak sama kantor kalau harus ijin kembali. Tapi saya yakin bakal ada jalan yang suka datang tidak terduga.

Dan saya juga percaya Tuhan akan memberikan keajaiban - keajaiban kepada kami sekeluarga.
Semoga Ibu saya semoga bisa pulih kembali penglihatannya. Amin.








0 comments:

New Journey

Here i am on the way to Jakarta. Tomorrow is my first day for working again after 8 months in a village acompanying my mom.
.
Hard to say good bye to my mother actually due to her condition is okey in term and condition applied. For some reasons i asked for my mom permit to go to Jakarta for working again. She said yess, and i am happy but still having bit worry for her in fact.
.
Today, here, right now. Mother is my number  one. I have never had this love to her become this huge so far until she got sick few months ago.
.
Eventhough i am unsatiafied enough for acompanying her, i will make her proud of me and happy as a replacement for not always be her side.

Here i try to be a good boy for her for i cant give her back what she has given to me since i was born.
.
For you, who still have your mother or father alive healthy, please do not take it for granted. Yess it is true, we are growing and they are getting older and older too. So, Love and take care of them very well.

Warm regards,
Ian

0 comments:

week of interviews

Right now, i am in Pasar Senen station about leave for Weleri.  This week is bit tiring.  I had back to back interview for jon! There were 4 interviews in a row in 3 days. I had to answer the same queation, explain something over and over again.

I hope the organisation interviewed me yesterday will give kind of good news because working there is such a big dream for me.
Amen for that.



Warm regards
Ian

0 comments:

Tidak ada Traveling Tahun Ini

Dalam postingan sebelumnya saya cerita bahwa saat ini saya tengah konsentrasi merawat dan menemani ibu saya yang sakit. It has been 5 months unconciously. Praktis selama 5 bulan tersebut 80% waktu saya habiskan di rumah, apabila saya keluar kota itupun hanya berlangsung semalam atau dua malam. Maka kegiatan traveling yang biasa saya lakukan pun keadaanya drop dibandingkan tahun – tahun sebelumnya.

Bulan Maret ketika ibu sedang parah-parahnya sakit sebenarnya saya punya tiket ke Lombok dan Bali. Perjalanan itu sudah saya siapkan dari tahun kemarin dan saya sudah sempat berimajinasi apa saja yang bakal saya lakukan pas liburan nanti. Liburan itu termasuk yang saya tunggu karena akhirnya ke Lombok lagi setelah setiap bulan Maret ke Bali, pake Garuda pula. Sampai akhirnya pas H-1 saya sudah mantepkan buat berangkat, ninggalin ibu saya beberapa saat, malamnya saya memutuskan untuk gak pergi karena keadaannya memang tidak bisa ditinggaal. Sedih memang, tapi saya juga ga menyesal.

Bulan April Mei saya lalui di rumah saja. Kalaupun saya ingin sekali jalan-jalan saya sempatkan ke sungai dekat rumah, atau saya ke Pekalongan atau Semarang. Cuma sebentar.

Bulan Juni kebetulan bulan  Romadlon yang kebetulan di bulan ini saya jatuh sakit;typhus. Saya sedikit stress saat itu karena adek saya juga ikutan sakit yang ternyata lebih parah karena dibarengi dengan DB dan liver. Saat itu biarpun saya sakit saya harus tetap focus merawat ibu saya. Tapi alhamdullillah saya diberi kekuatan lebih sehingga saya bisa sembuh duluan.

Bukan foto saya







Bulan Juli yang mana selalu saya nantikan setiap tahunnya saya nekad merencanakan untuk Liburan karena saya merasa ibu sudah bisa ditinggal untuk beberapa hari, kedua saya ingin menyepi saat ulang tahun, lalu juga saya punya alasan ingin nyemplung ke laut. I do bloody miss beach life. Dan Karimunjawa menjadi tujuan saya dengan pertimbangan kedekatan dan saya sudah kangen dengan pulau itu. Singkat cerita saya dapat tiket pesawat ke sana, sudah kontak pengelola resort langganan, dan sudah boyongan perlengkapan dari Jakarta. Namun, tetap saja saya ternyata belum berkesempatan pergi. Beberapa hari menjelang keberangkatan saya, Ibu saya sakit, drop lagi. Akhirnya ibu saya bawa ke rumah sakit dan saya pun merayakan ulang tahun dalam diam di rumah sakit. Sedih memang, tapi sekali lagi saya tidak menyesal.

Satu peristiwa yang menurut saya ajaib adalah satu hari sebelum jadwal terbang, pihak maskapai nelpon saya menginformasikan bahwa jadwal penerbangannya direschedule karena masalah teknis, apabila tidak berkenan pindah jadwal maka bisa di-refund seratus persen. Oh senangnya, biarpun saya gak jadi pergi paling ga tiketnya ga hangus. Padahal saya sudah merelakan kalau tiket itu bakal hangus. Saya rasa itu bukan kebetulan.

Dari kejadian di Maret dan Juli saya pun akhirnya belum berani untuk bikin jadwal-jadwal pergi biarpun sebenarnya saya sudah diubun-ubun pengen melihat dan merasakan traveling. Sempat, suatu ketika saya baca majalah travel di rumah dan ketika membaca fitur petualangan dan melihat foto-foto petualangannya hati saya trenyuh, semacam rindu perjalanan. Rindu tapi tahu diri. Pernahkah kamu merasakan yang begitu?

Sekali lagi saya tidak menyesal, sedikit sedih ada mungkin, tapi saya yakin akan ada waktunya saya akan melakukan petualangan itu dengan menyenangkan. Tuhan sedang menyiapkan rencana indah itu untuk saya.

Salam hangat,
Ian

0 comments:

My Current Life

Well hello you. How are you?  I hope you are always happy, healthy and wealthy. Amen for those hopes.

It has been three months i officially stay in village, at home with my brother and mother. I resigned from my latest job for good reason: looking after my sicky mother. Her condition needs extra attention. It is difficult for her to live independenly at the momment.

Living in a village- even it is my hometown- is not that easy as you imagined. I used to get anything i want easily in a big city. My kind of entertaining stuff is large of choices. I can live my live freely as a not first jobber anymore i get salary that can satisfy me.

By moving to village my whole life is totally changed. Less modern entertainment, bit difficult to get what i want, and have to adapt with more minimum facilities than i used to get.

Less money, far away from my close mates, have no privacy or private life and even bad signal to get internet access are those i have to face. Happy or not that the consequencess i have to accept while looking after my mother.

Having that hard life is feel not to really hard actually when i witness progress of my mother's health. She is becoming better and better.

Actually there are so many stories during i am living in village. I am going to tell you next time. One word cam deacribe the stories is: adventorous! Fyuh!



See you next time.
With love
Ian

0 comments: